Solusi Mencegah Bencana Asap (Kebakaran Lahan Gambut)
Bulan April sudah di depan mata. Jika merujuk pada siklus tahunan yang normal, antara bulan April dan September adalah musim kemarau. Saatnya rawa-rawa di sepanjang pantai timur Sumatera dan dataran rendah Kalimantan yang banyak menyimpan gambut mengering seperti jerami, menunggu percikan api. Jika lahan gambut sudah terbakar dalam skala luas, maka tak ada lagi yang dapat dilakukan selain memohon alam bermurah hati menurunkan hujan. Upaya pemadaman dengan menjatuhkan bom air dari pesawat terbang hanyalah pekerjaan sia-sia, hanya pemborosan saja, karena titik apinya berada di bawah permukaan.
Perilaku kebakaran gambut tak ubahnya seperti api dalam sekam. Asapnya mengepul dari lobang-lobang tanah tetapi bara apinya tak kelihatan. Dalam beberapa kasus, bahkan kebakaran gambut dapat merambat di dalam tanah, menyeberangi jalan raya.
Solusi tepat menanganinya hingga kini belum ditemukan, masih sebatas wacana-wacana. Antisipasi yang dilakukan pemerintah pun keliru, yaitu mencegah terjadinya kebakaran dengan mengawasi para pengusaha perkebunan dan petani yang dianggap sebagai biangkerok. Padahal tudingan itu keliru. Tak ada pengusaha perkebunan berani menyalakan api di hutan, atau ia akan menghadapi tuntutan masyarakat sekitar yang lahannya ikut terbakar. Tak ada petani membakar lahan di pertengahan kemarau, karena petani membersihkan lahan untuk menanam padi, direncanakan sedekat mungkin dengan awal musim hujan.
Lalu apa solusinya? Tak ada selain memastikan bahwa upaya pemadaman dilakukan sedini mungkin, sebelum kebakaran meluas. Memupuk kesadaran masyarakat adalah penting, tetapi mendiskreditkan petani dan pemilik perkebunan adalah keliru besar. Tak ada cara untuk mengawasi semua orang; membuang puntung rokok sembarangan, para nelayan sungai, pembalak liar, pencari rotan, dan sebagainya. (Penulis adalah pelaku pertanian aktif, meliliki kebun kepala sawit di atas lahan bergambut. Pernah suatu ketika api muncul di tengah-tengah kebun penulis, sudah pasti disebabkan ada pekerja yang sembarangan membuang puntung rokok. Penulis tak hendak mencari tahu siapa pelakunya, jelas anak buah sendiri. yang pokok adalah memadamkan apinya secepat mungkin).
Penulis tak tahu apa yang direncanakan para pembuat kebijakan di atas sana, dan wacana apa yang disiapkan para pemerhati lingkungan jika kebakaran mulai tersulut bulan depan ini. Menurut penulis, solusi yang paling tepat dan efektif, adalah sebagai berikut:
Membentuk satgas-satgas kecil berkekuatan sekitar 20 orang di setiap desa yang terletak atau berdekatan dengan areal bergambut. Di bawah kordinasi Kepala Desa setempat, seluruhnya merupakan warga desa itu yang telah mengenal lingkungan sekitarnya. Didukung dengan peralatan memadai dan honorarium sepatutnya. Organisasi itu hanya efektif bekerja saat musim kemarau (April s/d September) dan dinonaktifkan sesudahnya. Peralatan yang diperlukan adalah pompa air portable (gendong) yang sudah dimodifikasi, sepatu dan pakaian pemadam kebakaran.
Sesuai dengan pengalaman kami berhadapan dengan ancaman kebakaran gambut setiap tahunnya, satgas-satgas kecil seperti ini sangat efektif dan berhasil guna.